Peranan Guru dalam Mencerdaskan Bangsa

Masa depan pendidikan bangsa kita tertumpu pada satu sosok, yaitu guru. Dimana akan meng “create” wajah masa depan pendidikan kita seperti apa, bagaimana, dan kemana arah pendidikan di negara kita akan di bawa. Karena guru adalah profesi, pendidik, pembimbing, serta fasilitator yang dapat memberi perubahan bagi anak didik ke arah yang lebih baik dari segala dimensi, ia pula yang mampu mengembangkan beragam sisi kecerdasan dan akhlak sebagai pembentuk kepribadian peserta didik.
Peranan profesi guru dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan secara optimal. Dalam sejarah pendidikan guru di Indonesia khususnya pada perkembangan agama Hindu, Budha dan Kerajaan-kerajaan Islam, guru pernah mempunyai status yang sangat tinggi dalam masyarakat, mempunyai wibawa yang sangat tinggi, dan dianggap sebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan kelas. Tetapi mendidik masyarakat, tempat bagi masyarakat untuk bertanya, baik itu untuk memecahkan masalah pribadi ataupun masalah sosial.
“Guru adalah penyampai ilmu, penyejuk qolbu”. Guru memang seperti profesi yang menjanjikan saat ini, tapi dibalik cerahnya profesi ini juga muncul kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar kepada bangsa. Kondisi bangsa kita yang sedang memasuki era globalisasi, dengan banyak permasalahn multi dimensi tentunya membutuhkan modal dan pemecahan terhadap semua permasalahan itu. Korupsi, pertikaian antarwarga juga antar pelajar, kemerosotan moral. Kemiskinan, kesenjangan sosial dan pergeseran budaya merupakan contoh dari permasalahan tersebut. Inilah kewajiban para guru untuk menyiapkan modal untuk kemajuan bangsa dan membangun kembali sumber daya manusia atau generasi penerus yang lebih baik dari kondisi sekarang.
Jika kita renungkan berbagai permasalahan yang dihadapi, bangsa kita tidak hanya membutuhkan generasi penerus yang pandai atau handal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi saja. Lebih utama dan terpenting adalah bangsa membutuhkan generasi penerus yang memiliki karakter baik, salah satu satunya yaitu karakter yang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi tetapi mengutamakan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Karakter baik ini tidak bisa dipisahkan dari yang disebut dengan kebaikan hati. Karena karakter yang baik akan selalu ada pada setiap manusia yang memiliki kebaikan hati.
Ada salah satu hadist Rosululloh yang intinya bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah semuanya, tetapi jika buruk maka buruklah semuanya. Dan segumpal daging itu adalah hati. Jadi ketika kita ingin membentuk karakter pastilah tidak lepas dari hati.
Menurut Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab : Himpunan pengalaman, pendidikan, dan lain-lain menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sebagai alat ukur paling dalam hati manusia mewujudkan baik pemikiran, sikap, dan perilaku termasuk akhlak mulia dan budi pekerti. Jelas sekali bagi kita bahwa karakter dan kecerdasan hati adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ketika kita ingin memberikan pendidikan karakter maka harus dengan hati. Dengan kata lain untuk menyiapkan generasi penerus, peran guru tidak hanya membekali dengan kecerdasan intelektual yang identik dengan kecerdasan otak tetapi juga kecerdasan hati untuk berbuat kebaikan.
Paradigma seperti inilah baru dalam perkembangan peran guru untuk mencerdaskan bangsa. Ketika selama ini kata mencerdaskan bangsa lebih dilihat dari makna sempit yaitu sebatas kecerdasan intelektual atau kecerdasan otak maka sekarang inilah harus dibukakan pemikiran kota bahwa masih harus ada yang dicerdaskan dari generasi penerus bangsa yaitu kecerdasan hati. Roh dari pendidikan karakter yang telah dicanangkan adalah bagaimana kita mampu memberikan kecerdasan hati kepada peserta didik.

Mengajarkan kecerdasan hati sangatlah sulit jika guru itu sendiri juga belum memiliki kecerdasan hati. Sosok guru sejati yang dapat mengajarkan kecerdasan hati adalah seorang guru yang nasehat, tindakan, perilaku dan sikapnya mencerminkan ketulusan hati, keikhlasan, kesungguhan hati dan kebermanfaatan bagi anak didiknya. Membentuk karakter baik siswa, pada hakekatnya adalah bagaimana seorang guru mampu mengajarkan kecerdasan hati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keunggulan dan Kelemahan Metode Mastery Learning

Kalender Pendidikan Provinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2023 - 2024

RPP Kelas Kontrol dan Eksperimen